LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR SKARIFIKASI BIJI

 

 

 

Perkembangan hari ke-5 biji lamtoro dengan skarifikasi mekanis



A.    PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang

Perkecambahan merupakan fase awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang diawali dengan munculnya radikel pada testa biji.  Akan tetapi, terkadang biji yang langsung disemai akan lambat dalam berkecambah, bahkan sama sekali tidak berkecambah. Hal ini disebabkan oleh masa dormansi benih, yaitu terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memperbaiki teknik penanaman yang dilakukan terutama dalam peningkatan viabilitas benih. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan viabilitas benih adalah dengan menggunakan teknik skarifikasi. Penelitian menunjukkan bahwa perlukaan benih (skarifikasi) dapat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya kecambah benih. Oleh karena itu, pada praktikum Acara II ini dipelajari cara melakukan teknik skarifikasi pada suatu jenis tanaman tertentu.

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini antara lain :

1.      Mempercepat proses perkecambahan dan meningkatkan persentase berkecambah.

2.      Mengetahui berbagai macam cara skarifikasi (perawatan) baik secara fisis, kemis dan mekanis pada benih suatu jenis tanaman tertentu dan pengaruhnya terhadap perkecambahan yang dihasilkan.

3.      Mengetahui perlakuan biji yang berukuran besar, sedang dan kecil secara efektif.

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini antara lain Manfaat dari praktikum ini yaitu  mahasiswa dapat menerapkan teknik skarifikasi dalam perkecambahan biji agar diperoleh hasil yang lebih bagus.

 

B.     TINJAUAN PUSTAKA

Untuk meningkatkan viabilitas benih, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknik skarifikasi (Saputra dkk.,2017). Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perlakuan awal pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat terjadinya perkecambahan benih yang seragam. Skarifikasi (pelukaan kulit benih) adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi permeabel melalui penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan alat lainnya (Schmidt. 2000).

Skarifikasi biji dilakukan dengan memotong ujung benih menggunakan gunting kuku yang tajam dan telah disterilkan. Biji yang telah diskarifikasi kemudian disterilkan dan siap untuk ditabur atau dikecambahkan (Sunarti dkk., 2012). Perlakuan pelukaan biji (skarifikasi) meliputi perlakuan: biji utuh, biji diamplas, biji dikikir bagian embrionya serta biji diretakkan kulitnya (Natawijaya dan Sunarya, 2018).

Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada biji yang dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik (Mistiana dkk., 2012).

Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense) dan imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro. 1994).

 

 

 

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mistiana, dkk,. 2012. Respons Perkecambahan Benih Pinang (Areca catechu L.) Terhadap Berbagai Skarifikasi Dan Konsentrasi Asam Giberelat (GA3). Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 1 No.1.

Natawijaya, Dedi dan Yaya Sunarya. 2018. Percepatan Pertumbuhan Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr) Melalui Perendaman Dan Pelukaan Biji. Jurnal Siliwangi Seri Sains dan Teknologi. Vol. 4 No. 1.

Saputra, dkk,. 2017. Pengaruh Kombinasi Skarifikasi Dan Perendaman Auksin Terhadap Viabilitas Benih Dan Pertumbuhan Awal Semangka Non Biji (Citrulus vulgaris Schard L.). Jurnal Viabel Pertanian. Vol. 11 No.2.

Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Subtropis. Diterjemahkan oleh Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Departemen Kehutanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sunarti, dkk,. 2012. Karakter Hibrid Acacia (Acacia mangium x A. auriculiformis) Berdasarkan Viabilitas Benih, Kemampuan Bertunas Dan Berakar Stek. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 6 No. 2. Hal. 81-90.

 

 

Komentar

Postingan Populer