LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN RANCANGAN PERSEMAIAN DAN PENAKSIRAN PRODUKSI BIBIT

 

A.    Pendahuluan

I.                   Latar Belakang

Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan tanaman atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Dalam bidang kehutanan, benih berperan dalam berbagai program penanaman, seperti rehabilitasi lahan dan hutan, pembangunan hutan tanaman dan hutan rakyat. Kualitas benih menjadi cerminan dari teknik produksi benih dan penanganan benih (mutu fisik dan fisiologi benih) serta asal benih/sumber benih (mutu genetik) berperan penting untuk menyediakan bahan perbanyakan tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh dengan baik pada tingkat produktivitas yang tinggi.

Saat ini kebanyakan benih memiliki daya viabilitas serta vigor benih yang tidak sesuai dengan harapan atau dapat dikatakan memiliki kualitas rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya pengujian viabilitas dan kondisi benih. Pengujian viabilitas dan kondisi benih dapat membantu mengetahui kecambah mana yang berkualitas baik sesuai dengan kriteria kecambah normal serta mampu berkecambah dan tumbuh dengan optimal.

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.      Mempelajari pembuatan rancangan persemaian

2.      Mempelajari produksi bibit di persemaian.

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat membuat suatu rancangan persemaian ideal agar produksi bibit optimal sesuai dengan ketiga aspek yang perlu diperhatikan dalam membuat persemaian.

 

B.     Tinjauan Pustaka

Yang dimaksudkan dengan persemaian (Nursery) yaitu daerah atau areal untuk acara memproses benih (atau materi lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan acara awal di lapangan dari acara penanaman hutan alasannya yaitu itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan (Anonim, 2010).

Persemaian berfungsi sebagai tempat budidaya tanaman. Pembuatan persemaian disesuaikan dengan kondisi lingkungan berdasarkan kontur atau kemiringan lahan (Shadikin dan Kurniawan, 2018). Sebelum ditanam, suatu tanaman harus disemaikan terlebih dahulu. Persemaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik agar diperoleh bibit yang baik sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian antara lain memilih tempat persemaian. Tempat untuk membuat persemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar diperoleh bibit yang baik, antara lain: memperhatikan kegemburan tanah; terkena sinar matahari; dekat dengan sumber air; dan berbagai teknis lainnya (Wuysang, 2014). Pembuatan persemaian dilakukan pada tanah bedengan khusus untuk pembibitan. Biji yang akan disemaikan direndam di dalam air selama kurang lebih 24 jam sebelum ditabur. Biji yang mengambang dibuang sedangkan yang tenggelam disemaikan (Moi dkk., 2015).

Penanaman benih sebaiknya didahului dengan persemaian, tidak pribadi disebarkan di lapangan. Dengan penyemaian sanggup dipilih bibit yang pertumbuhannya baik dan sehat untuk ditanam di areal yang luas. Tanah yang disediakan untuk persemaian sebaiknya diolah dahulu yaitu dicangkul dan digaru serta diberi pupuk sangkar atau kompos, satu ahad sebelum penanaman dengan perbandingan 1:1. Lebar bedengan persemaian yang biasa dipakai yaitu 1-1,2 m dan panjangnya diubahsuaikan dengan kebutuhan penanaman (Astanto, 2000).

Penanaman benih ke lapangan sanggup dilakukan secara pribadi (direct planting) dan secara tidak pribadi  yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di daerah persemaian. Penanaman secara pribadi ke lapangan  biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi bila jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.  Pemindahan/penanaman bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan sanggup dilakukan sehabis semai-semai dari persemaian tersebut sudah besar lengan berkuasa (siap ditanam), contohnya untuk Pinus merkusii sehabis tinggi semai antara 20-30 cm atau umur semai 8 – 10 bulan (Pelupessy, 2007).

Pembuatan persemaian ini dimulai dari tahap persiapan bedengan-bedengan persemaian. Ukuran bedengan persemaian adalah panjang 7 meter dan lebar 1,2 meter. Pembuatan persemaian dilakukan satu bulan sebelum tanam dengan pembersihan tanah dari sisa-sisa tanaman dan gulma, kemudian dilakukan pembalikan, pembelahan dan pemecahan tanah (Montolalu, 2013).

Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Soetopo, 2002). Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dan kegiatan penanaman hutan. Oleh karena itu, kegiatan di persemaian termasuk kegiatan yang sangat penting karena merupakan kuci pertama didalam mencapai keberhasilan penanaman hutan (Edris, 2001).

Lokasi persemaian hendaknya tidak jauh dari permukaan untuk memudahkan mengontrol,  merawat, mendapatkan tenaga kerja dan menghindari adanya kerusakan dari gangguan ternak, binatang liar dn kerusakan alam seperti kekeringan. Lapangan yang dipilih relatif datar, tidak tergenang air atau drainase baik dan tidak jauh dari jalan angkutan (Sukandi et al., 2002).

 

 

C.    Metode

                   I.            Waktu dan tempat:

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 6 September 2019 di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

                II.            Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya :

a. Milimeter blok

b. Kalkulator

c. Tali/meteran panjang

d. Alat tulis

e. Kompas

f. Persemaian di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

             III.            Cara Kerja

Cara kerja pada praktikum kali ini adalah :

a.       Lokasi/lahan yang telah ditentukan dikelilingi.

b.      Diukur panjang dan lebar lahan tersebut.

c.       Diukur jarak sumber air terdekat (sungai, selokan atau sumur), ditaksir debit airnya dan dibuat rancang bangun persemaian dengan gambar dan dibuat peta lokasi tersebut dengan sarana-sarananya seperti sumber air, bedeng tabor, bedeng sapih, jalan, perkantoran dan rumah karyawan.

d.      Misalkan pada lokasi tersebut akan dibangun green house dengan ukuran 4x8 m2, sebuah gudang material dan kantor ukuran 8x12 m2, jalan pemeriksaan lebar 2,5 m, serta bak tandon air dengan ukuran 2x3x2 m3, ditentukan dan digambar pada peta sarana-sarana tersebut.

e.       Dihitung jumlah semai siap tanam yang mampu dihasilkan oleh persemaian tersebut (jika luas bedeng sapih 1x5 m2 dan diameter kontiner yang digunakan 10 cm).

f.       Dihitung jumlah benih (kg) yang harus disiapkan jika diketahui viabilitas benih 90%, kematian kecambah 10% dan kematian semai di bedeng sapih. Jenis tanaman untuk masing-masing kelompok akan ditentukan kemudian.

 

   Daftar Pustaka

Edris, I. 1998. Teknik Persemaian. Yayasan Pembinaan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Moi, Anastasia R dkk., 2015. Pengujian Pupuk Organik Cair Dari Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica Juncea). Jurnal MIPA Unsrat Online. Vol. 4 No 1. Hal 15-19.

Montolalu, Imanuel R. 2013. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Caisim (Brassica Rapa L.) Pada Pupuk Urea, TSP, Dan KCI. Jurnal Ilmiah UNKLAB. Vol. 17 No. 1. Hal 1-6.

Shadikin, Aqshan dan Andy Kurniawan. 2018. Budidaya Tanaman Tanjung (Mimusops elengi L.) dalam Upaya Pelestarian Lingkungan di Kelurahan Ngade. Jurnal Pengabdian Masyarakat. Vol. 1 No. 1.

Soetopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press. Jakarta.

Sukandi et. al., 2002. Informasi Teknis Pola Wanantani. Pusat Litbang Hutan Dan Konservasi Alam Badan Litbang Kehutanan. Bogor.

Wuysang, Rendy. 2014. Modal Sosial Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Suatu Studi Dalam Pengembangan Usaha Kelompok Tani Di Desa Tincep Kecamatan Sonder. Jurnal Acta Dharma. Vol. 3 No. 3.

 

Komentar

Postingan Populer