LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR PENGENALAN STUMP, CABUTAN, PUTERAN DAN PENANAMAN

 

A.    PENDAHULUAN

I.            Latar Belakang

Keadaan lingkungan di lapangan sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh bibit. Perbedaan kekuatan tumbuh bibit dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu, kecepatan tumbuh bibit dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh. Dengan dilakukannya pemindahan bibit dari tempat awal tumbuhnya dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit karena adanya adaptasi bibit terhadap lingkungannya. Pemindahan bibit yang berasal dari pembiakan generatif dapat dilakukan dengan metode stump, cabutan dan puteran. Ketiganya memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kualitas pertumbuhan bibit kaitannya dengan kondisi bibit pada saat dilakukan pemindahan.

II.         Tujuan

Tujuan dari praktikum ini antara lain :

1.    Mengenal stump sebagai salah satu bibit generatif

2.    Mengetahui teknik pemindahan dan pemeliharaan stump, cabutan dan puteran

3.    Mengetahui kelebihan dan kekurangan membuat bibit secara cabutan dan puteran

4.    Mengetahui cara pembuatan lubang tanam dan penanaman yang benar

III.    Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat menerapkan teknik pemindahan bibit yang tepat pada suatu persemaian agar pertumbuhannya optimal berdasarkan informasi mengenai teknik stump, cabutan dan puteran.

 

B.     TINJAUAN PUSTAKA

Pemindahan tanaman pada waktu yang tepat dapat membantu tanaman beradaptasi dengan lingkungan, sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat dan dapat menghasilkan bagian vegetatif yang lebih baik. Jika pindah tanam terlambat maka tanaman tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan pertumbuhan vegetatifnya, tanaman lebih cepat menua dan cepat memasuki stadia generatif (Vavrina. 1998).

Ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu:

1.      Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar.

2.      Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya. Namun, sebelum bibit diambil tanah dibasahi dengan air telebih dahulu (Rayan. 2009).

Stump adalah bibit yang berasal dari semai maupun anakan alami yang telah dihilangkan seluruh daun dan bulu-bulu akarnya sehingga yang tersisa hanya sebagian batang dan sebagian akar utama. Stump dapat digunakan untuk memindahkan bibit atau anakan alami yang sudah cukup besar dengan diameter batang 2-3 cm. Stump juga dapat digunakan untuk mempermudah pengiriman bibit, karena lebih ringan dan ringkas ketika dikirimkan (Louk dan Raharjo, 2017).

Bibit stump banyak digunakan sebagai bahan tanaman karena persiapannya mudah dan harganya murah. Akan tetapi kekurangan stump adalah persentase tingkat kematian di lapangan yang tinggi, yaitu 15-20%. Persentase kematian yang terjadi di lapangan diakibatkan oleh adanya serangan penyakit, pertumbuhan akar stump yang terganggu dan pertumbuhan tunas yang terhambat akibat adanya cekaman (Sinaga dkk., 2015).

Menurut Dishut Jatim (2013) via Putra dkk. (2017) puteran merupakan teknik memindahkan semaian atau anakan dengan mengikutkan tanah di sekeliling tanaman dengan tujuan menghindari kerusakan bagian-bagian akar yang masih rentan. Sedangkan menurut Sudomo dan Rachman (2008) via Putra dkk. (2017) metode cabutan dilakukan dengan mencabut anakan di sekitar pohon induk yang mudah dicabut, sehingga tidak merusak perakarannya. Stump merupakan benih atau anakan yang telah dipotong batang, ujung akar, cabang akar, sehingga tersisa akar utama dengan beberapa sentimeter pangkal batang.

 

C.    METODE

C.1. Waktu dan Tempat

                 Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 September 2018 pukul 13.00 WIB di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: kertas gambar, alat tulis, kaliper, penggaris, gunting/gergaji, cetok/cangkul, kamera, acir bambu setinggi 1,25 m, ember/tas plastik/pelepah pisang.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: anakan permudaan alam dan semai siap tanam serta pupuk.

C.3. Cara Kerja

Ø  Pembuatan Stump

1.      Dibuat stump dari semai yang berukuran besar ( 1,5 – 3 cm), dengan ketentuan sebagai berikut.

-          Perbandingan batang : akar = 1 : 1, sebanyak 3 batang

-          Perbandingan batang : akar = 1 : 2, sebanyak 3 batang

-          Perbandingan batang : akar = 1 : 3, sebanyak 3 batang

2.      Setelah semua stump siap, kemudian dibawa ke lapangan untuk ditanam.

3.      Dibuat layout dari penanaman yang dilakukan.

4.      Disiram setiap hari, diamati 2 minggu kemudian, dicabut bibit tersebut, diamati dan digambar keadaan perakarannya. Dibandingkan ketiga perlakuan (bentuk, ukuran dan kondisi bibit), demikian pula posisi bibit dalam penanaman.

5.      Didokumentasikan setiap aktivitas yang dilakukan.

Ø  Cabutan dan Puteran

1.      Diamati anakan alam (wildling) di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM.

2.      Dikoleksi 15 anakan alam dari spesies yang sama dengan ketentuan lima batang dilakukan dengan cara puteran dan 10 batang dengan cara cabutan. Dipilih anakan alam yang tingginya relatif sama (diusahakan yang kurang dari 40 cm) dengan diameter batang kurang dari 3,5 mm. adapun teknis pengumpulan anakan alam secara puteran dan cabutan adalah sebagai berikut.

a.       Secara puteran

-          Digali tanah di sekitar anakan alam tersebut dengan cetok/cangkul, memutar dengan jarak antara batang dengan area pemutaran (radius)  5 cm dengan kedalaman pengedukan 15 – 20 cm; atau disesuaikan dengan daerah perkembangan akarnya.

-          Dibungkus bagian akar beserta bongkahan tanah yang menyertainya dengan pelepah pisang kemudian diikat sedemikian rupa sehingga tidak ada tanah yang runtuh/tercecer. Anakan diletakkan kedalam ember/kantong kain/plastik.

b.      Secara cabutan

-          Jika pencabutan dilakukan pada musim kemarau, tanah di sekitar semai dibasahi terlebih dahulu.

-          Dicabut anakan dengan cara menggenggam batang bagian bawah anakan alam. Dilakukan secara perlahan sedemikian rupa sehingga tidak banyak akar yang rusak.

-          Disatukan 10 batang anakan cabutan tersebut dan ditambahkan tanah dan digumpalkan dengan akar tersebut. Kemudian dibungkus kembali dengan pelepah pisang dan diikat.

-          Dimasukkan ke dalam ember yang berisi air (1/4 tinggi ember).

3.      Penanganan anakan alam di Persemaian Klebengan sebagai berikut.

a.       Secara puteran

-          Dipindahkan anakan alam dari hasil koleksi secara puteran ke polybag dengan mempertahankan bongkahan tanah yang menyertainya. Kemudian ditambahkan ke dalam polybag terutama pada rongga/sela diantara bongkahan tanah tersebut dengan dinding polybag.

-          Disisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan dikurangi setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun majemuk, maka sisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.

-          Diletakkan ke dalam bedeng semai yang telah dipasang sungkup plastik.

-          Diberi label yang berisi informasi: tanggal penyungkupan, nomor KDS (Kelompok Diskusi Silvikultur), nama co-ass, jenis tanaman, cara koleksi anakan alam (puteran/cabutan) dan nomor ulangan (1-5) untuk setiap polybag.

-          Dibasahi/disiram media dalam polybag dengan cara menambahkan air sebanyak satu gelas plastik bekas air mineral.

-          Dibuat pengkabutan didalam ruang bedengan bersungkup tersebut dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan handsprayer. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kelembaban.

b.      Secara cabutan

-          Ditanam anakan alam dari hasil cabutan kedalam polybag yang telah berisi media tanam dengan cara: dibuat lubang tanam di bagian tengah dengan menggunakan tangkai/stick bambu sedalam kurang lebih panjang akar dari anakan cabutan tersebut. Dipotong akarnya jika akar terlalu panjang/melebihi ukuran panjang polybag.

-          Disisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan dikurangi setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun majemuk, maka disisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.

-          Diberi label/ditulis keterangan yang berisi informasi: tanggal penyungkupan, nomor KDS (Kelompok Diskusi Silvikultur), nama co-ass, jenis tanaman, cara koleksi anakan alam (puteran/cabutan) dan pada setiap polybag dituliskan nomor ulangan (1-5).

-          Diletakkan lima polybag kedalam bedeng semai yang telah diberi sungkup plastik dan lima batang diletakkan diluar bedeng bersungkup tesebut.

4.      Perawatan dan pengamatan

-          Disiram/ditambahkan air pada setiap polybag sebanyak satu gelas plastik bekas air mineral dan disemprotkan air dengan menggunakan handsprayer didalam sungkup. Kedua kegiatan tersebut dilakukan setiap hari.

-          Setiap hari Senin, diamati dan dihitung berapa jumlah total tunas/daun baru yang tumbuh dan dilakukan pengamatan ini sampai berumur empat minggu dari sejak pemindahan anakan ke bedeng semai bersungkup tersebut.

-          Pada akhir pengamatan, dihitung jumlah tanaman yang mati dan diamati kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kematian tersebut.

-          Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, dibuat: 1). Grafik untuk rerata tunas/daun baru yang tumbuh dan 2). Grafik untuk jumlah semai yang hidup pada akhir pengamatan, yang dikaitkan dengan waktu pengamatan (minggu 1, 2, 3, dst.) untuk ketiga perlakuan tersebut.

-          Dihitung persen hidup semai pada akhir pengamatan dengan rumus sebagai berikut.

-          Untuk setiap perlakuan (puteran, cabutan dalam bedeng bersungkup dan cabutan diluar bedeng bersungkup) dipilih masing-masing satu batang semai dan digambar akarnya dalam kertas millimeter. Diamati perbedaannya.

Ø  Penanaman

1.      Dipasang acir sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan.

2.      Dibuat lubang tanam dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. diletakkan tanah lapisan bagian (subur) pada sisi samping kiri dan lapisan tanah di bawahnya diletakkan di sisi samping kanan.

3.      Diletakkan bibit di samping lubang tanam. Dimasukkan pupuk kedalam lubang tanam dan dicampur dengan sebagian tanah dari lapisan atas, kemudian diaduk hingga merata. Diletakkan bekas polybag di ujung acir.

4.      Ditambahkan tanah lapisan atas kembali, kemudian ditanam bibit dengan terlebih dahulu polybag dilepaskan.

5.      Dimasukkan tanah lapisan atas yang tersisa dan dilanjutkan ditimbun dengan tanah dari lapisan di bawahnya. Sedikit dipadatkan tanah di sekitar semai yang ditanam. Disiram dengan air. Diukur tinggi tanaman awal.

6.      Perawatan dilakukan dengan penyiraman setiap pagi dan sore hari.

7.      Diamati kondisi tanaman seminggu sekali sampai umur 45 hari. Dicatat kondisi tanaman; munculnya tunas baru, layu/mati. Diukur tinggi tanaman di akhir pengamatan. 

 

      DAFTAR PUSTAKA

Louk Maximus dan Krisantus Tri Pambudi Raharjo. 2017. Pengaruh Pemangkasan Akar Dan Waktu Penyapihan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Kemiri (Aleurites moluccana, Willd) Asal Stump. Jurnal Pertanian Konservasi Lahan Kering. Vol. 2 No. 1. Hal. 11-14.

Putra, Dhimas Taufika dkk,. 2017. Pengaruh Teknik Transplanting Anakan Terhadap Pertumbuhan Sebagai Salah Satu Langkah Domestika Sidaguri (Sida rhombifolia). Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS Vol. 1 No. 1. Hal. 215—220.

Rayan. 2009. Teknik Persemaian dalam Rangka Pengadaan Bibit Untuk Penanaman. Kalimantan: Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan.

Sinaga, Jenni Sagita dkk,. 2015. Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muell Arg.) Pada Berbagai Kedalaman Dan Komposisi Media Tanaam. Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 3 No. 4. Hal. 1518-1524

Vavrina, CS. 1998. Transplant Age in Vegetable Crops. Hort Technology 8: 1-7.

 

Komentar

Postingan Populer