Menyorot Pola Hidup di Tengah Pandemi Covid-19

 

Sumber gambar dari Pixabay oleh cromaconceptovisual

Covid-19 agaknya menjadi topik yang tak henti-hentinya bergulir di tengah masyarakat dunia. Virus ini menjamur ke berbagai belahan dunia dengan sangat cepat dan tak terbendung, satu demi satu jiwa pun berguguran. Munculnya pandemi ini menimbulkan banyak kerugian baik dari aspek ekonomi, sosial, kesehatan, pariwisata, dan berbagai aspek lainnya. Seperti peribahasa, ada periuk berkerat, ada lesung berdedak, pandemi ini di samping menimbulkan kerugian bagi banyak sektor juga tak ubahnya seperti obat bagi bumi. Begitulah banyak diberitakan di berbagai linimasa bagaimana bumi ini yang kian hari kian terpuruk semakin terlihat membaik. Berdasarkan laporan Kompas oleh Ajeng Arum Sari PhD peneliti di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), konsentrasi nitrogen dioksida atau polutan lingkungan di berbagai negara, termasuknya Indonesia mengalami penurunan. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh BBC News Indonesia tingkat emisi di China berkurang 25% di awal tahun. Pabrik-pabrik tutup dan penggunaan batu bara di enam pembangkit listrik terbesar China merosot hingga 40%. Kualitas udara naik 11,4% dibandingkan waktu yang sama pada tahun sebelumnya di 337 kota di seluruh China. Di Eropa, pencitraan satelit menunjukkan emisi nitrogen dioksida (NO2) memudar di atas Italia utara, begitu pun terjadi di Spanyol dan Inggris. Kabar ini memberi sebuah angin segar di tengah berita-berita tentang Covid-19 yang begitu muram seperti jumlah positif terinfeksi Corona, jumlah orang meninggal, turunnya saham, dll.

Membaiknya kondisi bumi jelas merupakan kabar bahagia, tetapi sebaiknya tidak perlu berlebihan dan jangan lengah. Sebab nyatanya itu semua mungkin hanya sementara, sejauh apa penerapan work from home dan berbagai pembatasan aktivitas manusia diterapkan. Tidak menutup kemungkinan, justru setelah kehidupan new normal diberlakukan barangkali akan membawa euforia kebebasan yang gempita. Munculah majelis-majelis temu kangen, manusia akan kembali aktif berkendara, utamanya lebih memprioritaskan kendaraan pribadi karena lebih aman daripada transportasi umum yang risikonya tinggi, dan tentu meningkatkan konsumsi bahan bakar fosil, berkumpul menyesaki jalanan, tempat wisata, tempat perbelanjaan, berbagai industri mulai beroperasi kembali bahkan bisa meningkat berkali-kali lipat untuk mencapai target dari ketertinggalan, dll. Hal tersebut jelas akan memberi pengaruh bagi bumi, kondisi bumi yang membaik saat ini hanya sepelemparan batu, dan akan memburuk lagi seiring dengan aktivitas-aktivitas manusia yang cukup merugikan bumi sekali pun menguntungkan manusia. Tak cukup disitu, media memang menggaungkan betapa bumi ini semakin baik kondisinya selama masa pandemi Covid-19, namun tidak boleh pula dilupakan bagaimana bumi ini lagi-lagi menjadi pesakitan karena limbah-limbah medis yang naik berkali lipat akibat wabah Covid-19. Misalnya di China mengalami peningkatan limbah medis sebesar enam kali lipat selama masa pandemi, begitu pun negara-negara lain.

Pandemi ini barangkali sebuah transparansi untuk semakin memperjelas apa sebenarnya biang dari pencemaran dan kerusakan. Ironis memang, membaiknya kondisi bumi terjadi karena wabah yang menyebabkan banyak nyawa menghilang dan perekonomian global terpuruk, bukan disebabkan kebijakan yang khusus untuk mendorong perbaikan lingkungan (support policy). Semenjak virus ini terus merebak, kegiatan sekolah dirumahkan, work from home diterapkan, kegiatan industri diberhentikan, tempat ibadah, wisata, hiburan, perbelanjaan, perkantoran ditutup, keluar rumah sangat dibatasi kecuali memang sangat berkepentingan, transportasi dibatasi jumlah dan jam operasionalnya atau bahkan ditutup sama sekali, maka terjadi gerakan hidup yang lebih ramah lingkungan secara global dalam waktu yang cukup panjang. Hal tersebutlah yang menyebabkan polusi dan emisi karbon menurun secara signifikan, dan air-air sungai menjernih karena kegiatan industri berhenti sehingga tidak menyebabkan limbah. Secara tidak langsung pihak-pihak yang patuh terhadap kebiajakan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 tidak hanya kontributif dalam hal kesehatan masyarakat, tetapi juga turut produktif dalam persoalan lingkungan hidup. Hanya saja diam di rumah hanya akan memberikan kontribusi bagi bumi sejauh kebijakan tersebut diberlakukan. Ada banyak kegiatan yang dapat dilakukan di tengah pandemi dimana kegiatan-kegiatan tersebut memiliki manfaat dan dapat dilakukan secara jangka panjang. Sederhana saja, diantaranya berkaitan dengan pengolahan sampah rumah tangga, penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan, penggunaan listrik di rumah, dan pengurangan sampah plastik.

Yang pertama adalah memanfaatkan waktu selama di rumah untuk belajar membuat pupuk kompos. Selama pandemi kegiatan terpusat di rumah masing-masing, hal ini berpengaruh pada peningkatan jumlah sampah rumah tangga. Apabila pada masa normal banyak anggota rumah yang bekerja, bersekolah, atau berkegiatan lainnya di luar rumah dan akhirnya makan di luar, maka pada masa pandemi Covid-19 ini mayoritas orang akan beraktivitas di rumah dan makan di rumah. Sampah-sampah rumah tangga berupa bahan-bahan organik seperti buangan sayuran dan buah sangat potensial untuk dijadikan pupuk kompos terlebih jumlahnya yang semakin meningkat, sebab pengelolaan sampah yang baik dan efektif perlu keseimbangan antara hasil sampah dan pengolahannya. Pupuk kompos memiliki manfaat baik bagi lingkungan, tanaman, tanah, dan ekonomi yang berjangka panjang dan dapat terus diterapkan hingga nanti. Selain murah dan menghemat biaya, kompos bak multivitamin super yang memberikan kesuburan bagi tanah karena menyuplai unsur-unsur hara dan mineral yang diperlukan tanaman. Jika tanaman mendapat asupan nutrisi yang baik dan mencukupi maka akan meningkatkan produktivitas tanaman tersebut atau pun membuat tanaman sehat sehingga nyaman untuk dipandang. Sementara itu, kompos memiliki manfaat berarti untuk lingkungan, karena berbahan organik dan tidak menggunakan zat-zat kimia berbahaya maka pupuk kompos tidak akan mencemari tanah dan air. Tidak sedikit kasus kematian binatang akibat memakan tanaman, binatang lain, dan minum atau bahkan hidup di air sungai yang telah terkontaminasi oleh zat-zat kimia berbahaya dari pupuk anorganik. Jika jumlah kematian sedikit tidak akan begitu bermasalah, tetapi jika jumlahnya banyak jelas akan mengganggu keseimbangan ekosistem dan rantai makanan. Kompos juga dapat memperbaiki drainase dan aerase tanah serta memperkuat daya serap air. Dengan begitu tanah mampu menyerap air lebih banyak sehingga mengurangi potensi banjir.

Kedua adalah mulai membiasakan bersepeda atau jalan kaki untuk pergi ke tempat yang tidak begitu jauh. Dewasa ini penggunaan kendaraan bermotor menjamur dimana-mana, utamanya sepeda motor. Indonesia merupakan negara yang sangat konsumtif terhadap kendaraan pribadi bermotor. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data per 2018 jumlah semua jenis kendaraan bermotor mencapai 146.858.759 unit. Sebanyak 120.101.047 unit adalah sepeda motor yang tercatat per 2018. Tak jarang hanya sekedar berbelanja ke warung tetangga, pergi ke tempat ibadah, atau pergi ke tempat yang jaraknya tidak begitu jauh pun menggunakan motor. Kebiasaan bergantung pada kendaraan bermotor dan tumbuhnya rasa malas mendorong orang untuk selalu menggunakan motor sekali pun hanya untuk menempuh jarak yang dekat, ini sungguh pemborosan energi fosil. Selama pandemi ini aktivitas dikungkung dalam rumah, tubuh mulai jarang aktif bergerak dan terkena sinar matahari, maka olahraga ringan perlu dilakukan untuk tetap menjaga tubuh yang fit. Sambil menyelam minum air, bersepeda dan jalan kaki merupakan alternatif untuk menghemat penggunaan bahan bakar fosil dan mengurangi polutan yang dihasilkan kendaraan sekaligus sebagai olahraga ringan. Dilansir dari Fimela, olahraga ringan dapat mengurangi risiko penyakit kronis, olah ragaringan teratur  telah terbukti meningkatkan sensitivitas insulin, kebugaran kardiovaskular dan kompisisi tubuh, namun menurunkan tekanan darah dan kadar lemak darah. Dengan tubuh yang lebih bugar maka tubuh akan lebih resistan terhadap penyakit. Kebiasaan ini pun dapat dilakukan sampai seterusnya, berjangka panjang dan berefek.

Ketiga adalah bijaksana dalam penggunaan energi listrik. Kegiatan yang terpusat di rumah menyebabkan nyaris semua kegiatan berpindah haluan menjadi online atau daring, baik bekerja, belajar, seminar, kajian, rapat, konser musik, buka bersama, bahkan ibadah pun terlaksana dalam jaringan seperti kegiatan misa yang termasuk ke dalam serangkaian Jumat Agung dan Paskah pada tahun ini dilakukan secara online. Nongkrong online pun tak kalah merebak untuk tetap bisa terkoneksi dan mengobrol ngalor ngidul dengan sahabat. Kopi darat menjelma menjadi kopi udara. Kegiatan dengan sistem daring ini mengharuskan pengunaan komputer, laptop, maupun handphone serta internet secara terus menerus. Hal tersebut berdampak pada penggunaan listrik yang naik berkali-kali lipat, selain itu penggunaan barang-barang elektronik lainnya pun semakin intensif. Penggunaan energi listrik berpengaruh terhadap pemanasan global karena aktivitas produksi listrik didominasi oleh pembangkit listrik tenaga batubara dan pembangkit listrik tenaga gas bumi, sedangkan penerapan energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, air, maupun penggunaan panel surya belum marak di Indonesia. Dilansir dari Icare Indonesia Foundation pembangkit listrik tenaga batubara dan pembangkit listrik tenaga gas bumi mencakup sekitar 30% dari total emisi gas yang menyebabkan pemanasan global. Penggunaan energi listrik secara bijak perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari utamanya pada masa pandemi dimana kegiatan sangat bergantung pada penggunaan barang-barang elektronik. Sederhana saja, bentuk bijak dalam penggunaan listrik ketika di rumah dapat dilakukan dengan mematikan lampu jika tidak digunakan seperti mematikan lampu pada ruangan yang tidak digunakan untuk beraktivitas dan mematikan lampu ketika hari sudah terang, mengurangi penggunaan AC atau kipas, dan mematikan TV jika tidak ditonton. Selain itu kebiasaan selalu berada di depan gadget atau laptop untuk bermain game, menonton drama, bermedia sosial, dan berbagai hiburan lainnya akan membuat peningkatan kebutuhan energi dengan lebih sering men-charge. Hal tersebut tidak salah, dapat menjadi alternatif hiburan dan mengisi waktu luang, akan tetapi alangkah baiknya diimbangi dengan banyak kegiatan lainnya seperti olahraga ringan, mencoba berbagai menu masakan, membaca buku, bercocok tanam, dan lainnya.

Keempat adalah meminimalisir penggunaan sampah plastik dengan cara diantaranya memakai tas belanja jika berbelanja, memakai rantang atau tempat makan ketika membeli makanan, menggunakan tumbler, dan menyimpan tas-tas plastik untuk di kemudian hari dapat digunakan kembali. Diakses dari Anadolu Agency berdasarkan data The World Bank tahun 2018, sebanyak 87 kota di pesisir Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan kurang lebih 3,2 juta ton adalah sedotan plastik. Kegiatan meminimalisir penggunaan plastik sangat berarti dalam menekan jumlah sampah plastik  yang sangat sulit teruraikan dan dapat mencemari lingkungan.

Keempat hal tersebut memang sederhana, tapi memberi efek jika dilakukan secara konsisten dan semakin memberi efek jika dilakukan oleh banyak orang. Melihat maraknya penggunaan media sosial selama pandemi dengan semakin seringnya orang-orang membagikan kegiatan dan pengekspresian diri mereka melalui media sosial, kampanye kecil-kecilan terhadap keempat hal tersebut melalui media sosial dapat memberikan pemahaman dan memperluas pengaruh. Hanya dalam bentuk membagikan kegiatan dan tips hidup ramah lingkungan selama pandemi seperti keempat hal tersebut saja bisa membawa tren karena peran kekuatan media begitu besar dalam mempengaruhi orang. Salah satu bentuknya adalah tren hidup sehat yang kian kemari kian digandrungi. Hal tersebut bermula dari maraknya orang-orang yang membagikan kegiatan beroahraganya. Singkatnya jika banyak orang mulai membagikan pola hidup ramah lingkungan, terlebih jika dibagikan oleh orang yang memiliki eksistensi tinggi, orang berpengaruh, public figure, beruntun diikuti oleh orang-orang lain, maka hidup ramah lingkungan dapat menjadi sebuah tren.

Pada dasarnya membaiknya kondisi bumi saat ini disebabkan berubahnya pola hidup manusia. Pola hidup masyarakat global menjadi berubah karena adanya kebijakan yang tegas dari pemerintah serta mungkin rasa takut manusia tertular wabah yang dapat menyebabkan kematian. Maka untuk tetap menjaga bumi dan mempertahankan pemulihan bumi yang terjadi saat ini dibutuhkan kesadaran pada tiap individu untuk memulai hidup yang lebih ramah lingkungan, didukung dengan kebijakan pemerintah yang tegas dan suportif. Jika manusia takut mati karena wabah, maka sebenarnya manusia juga tidak dapat hidup tanpa bumi sebagai sumber dan penggerak kehidupan. Menjaga laut, sungai, hutan, gunung-gunung sejatinya karena manusia masih perlu hidup di bumi.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ellyvon Pranita, 2020, Hari Bumi di Tengah Pandemi Corona, Polusi Udara di Indonesia Menurun, Kompas.com, dilihat pada 28 Mei 2020, < https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/24/180300923/hari-bumi-di-tengah-pandemi-corona-polusi-udara-di-indonesia-menurun>

Martha Henriques, 2020, Virus corona: Dampak 'lockdown' pada penurunan polusi, akankah selamanya?, bbc.com, dilihat pada 28 Mei 2020, < https://www.bbc.com/indonesia/vert-fut-52194438>

Badan Pusat Statistik, 2019, Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis, 1949-2018, bps.go.id, dilihat pada 30 Mei 2020, < https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1133>

Gayuh Tri P., 2020, Manfaat Olahraga Ringan untuk Kesehatan Tubuh, fimela.com, dilihat pada 30 Mei 2020,< https://www.fimela.com/lifestyle-relationship/read/4230392/manfaat-olahraga-ringan-untuk-kesehatan-tubuh>

Yan Yan Muhammad Achdiansyah, 2017, Energi Terbarukan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan, icare-indonesia. org, dilihat pada 30 Mei 2020, < https://icare-indonesia.org/energi-terbarukan-dan-dampaknya-terhadap-lingkungan/>

Erric Permana, 2019, Indonesia hasilkan 67 juta ton sampah pada 2019, aa.co,.tr,dilihat pada 30 Mei 2020, < https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-pada-2019/1373712>

Komentar

Postingan Populer