LAPORAN PRAKTIKUM KARAKTERISTIK TEGAKAN CEMARA UDANG

 

Dokumentasi pribadi (tegakan cemara udang di pantai Goa Cemara)

A.    PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang

Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya  keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan  pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata,  budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratorium alam bagi  kepentingan ilmiah.

Kawasan pesisir merupakan salah satu sumberdaya lahan yang belum mendapat perhatian dengan baik, bersifat marjinal sehingga perlu usaha untuk pengelolaan dan peningkatan kualitas tapak maupun lingkungannya sehingga menjadi lebih baik. Salah satu upaya perbaikan sifat-sifat tanah dan lingkungan mikro sangat diperlukan, antara lain dengan menanam jenis-jenis yang dapat berperan sebagai pemecah angin.

Tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia) merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini secara luas ditanam di kawasan pantai. Cemara udang dipilih karena mampu beradaptasi dengan baik pada lahan pasir yang memiliki kadar garam tinggi, mampu tumbuh pada Ph tanah 5-9,5 serta bersifat evergreen. Pertumbuhan tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia) di pesisir pantai sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi antara lain: kecepatan angin, salinitas, kandungan hara dalam tanah dan suhu udara. Perbedaan kecepatan angin yang diterima tanaman dapat menyebabkan variasi pertumbuhan, antara lain keanekaragaman diameter, tinggi, serta luas dan bentuk tajuk.  

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari karakteristik tanaman cemara udang dari segi tapak, iklim mikro, tegakan dan estetika. 

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini antara lain: mahasiswa dapat mempelajari karakteristik tanaman cemara udang dari segi tapak, iklim mikro, tegakan dan estetikanya sehingga mampu menggali potensi kawasannya serta dapat ditentukan teknik pengelolaan yang tepat.

 

B.     TINJAUAN PUSTAKA

Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian baik untuk tanaman pangan, perkebunan maupun tanaman hutan. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan dengan reakasi tanah yang masam, cadangan hara rendah, basa-basa dapat ditukar dan kejenuhan basa rendah, sedangkan kejenuhan alumunium tinggi sampai sangat tinggi. Sebagian besar tanah marginal dari batuan sedimen masam diklasifikasikan sebagai Ultisol (Suharta, 2010). Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk jenis tanah ini berasal dari batuan sedimen masam. Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah. Erosi menjadi salah satu kendala fisik pada tanah Ultisol dan sangat merugikan karena dapat menurunkan kesuburan tanah. Tingkat kesuburan tanah ini seringkali hanya ditentukan oleh kandungan bahan organik pada lapisan permukaan atas tanah atau topsoil, sehingga jika lapisan ini tererosi maka tanah akan menjadi miskin bahan organik dan hara (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).

Karakteristik lahan pasir kurang mempunyai kemampuan daya dukung untuk tumbuhnya vegetasi (Suhardi, 2005; Sumardi, 2008). Kendala bagi tumbuhnya vegetasi di lahan tersebut di antaranya: rendahnya kadar lengas tanah, mengandung garam cukup, angin yang cukup kencang, rendahnya kadar unsur hara tersedia, rendahnya ketersediaan air tawar, buruknya iklim mikro, dan sifat tanah pasiran (Ewusie, 1990; Sumardi, 2008). Tanah yang berupa pasiran mempunyai proporsi pori makro yang jauh lebih tinggi daripada pori mikro sehingga mudah meresapkan air dan mudah pula meloloskannya. Kendala yang lain adalah kondisi tanah yang tidak stabil dan selalu berubah. Pantai berpasir secara alami terbuka dan tidak stabil, berputar balik karena kombinasi pengaruh angin dan ombak (Bradshaw dan Chadwick, 1980).

Jenis cemara udang (Casuarina equisetifolia) dapat memenuhi peran sebagai windbreaker di daerah pesisir pantai karena jenis ini mampu beradaptasi terhadap tapak marginal, mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap salinitas dan kekeringan, mempunyai perakaran yang dalam, dan dapat membentuk vegetasi rapat dan tinggi (Nurjanto et al., 2009; Sumardi, 2009). Casuarina equisetifolia merupakan jenis tanaman yang toleran terhadap stres garam karena mampu mensintesis prolin untuk menyesuaikan tekanan osmosis ketika natrium (Na) terakumulasi dalam sel dan mempertahankan homeostasis sel (Tani & Sasakawa, 2006). Dengan pemapanan cemara udang, kecepatan angin dapat menurun dan pasir lebih stabil (Suhardi et al., 2002). Kombinasi Pandanus odoratissimus dan C. equisetifolia dianjurkan sebagai vegetation bioshield untuk melindungi daerah-daerah pesisir dari dampak bahaya tsunami (Thuy et al., 2012). Pandanus odoratissimus diletakkan sebagai vegetasi bagian depan untuk menutupi celah yang terbuka dari hutan C. equisetifolia yang ada dengan lebar optimal sebesar 10 m (Samarakoon et al., 2013). Pemapanan vegetasi awal tersebut selanjutnya dapat meningkatkan karakter fisik lahan pasir dan akhirnya terjadi penempatan kembali jenis-jenis penyusun vegetasi berikutnya melalui kompetisi atau antibiosis (Kimmins, 1987).

 

C.    METODE

C.1. Waktu dan Tempat

                 Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2019 pukul 07.00 WIB di Pantai Goa Cemara, Bantul.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tali/meteran, kompas, thermometer tanah, thermohigrometer, pH meter/pH stick, anemometer, luxmeter dan kamera.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tanaman cemara udang di Pantai Goa Cemara, Bantul.

C.3. Cara Kerja

1.      Dibuat petak ukur pada tegakan cemara udang 20 m x 20 m.

2.      Dihitung jumlah tegakan dan diukur tinggi total, TBBC (Tinggi Batang Bebas Cabang), tinggi tajuk terlebar serta DBH tanaman dan lebar tajuk 4 sisi.

3.      Dibuat proyeksi horizontal dan verikalnya.

4.      Diukur suhu tanah, suhu udara, intensitas cahaya di luar dan di dalam tegakan.

5.      Dicari data lingkungan pendukung (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) selama lima tahun terakhir dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

 

    DAFTAR PUSTAKA

Bradshaw, A.D. dan M.J. Chadwick. 1980. The Restoration of Land “The Ecological Reclamation of Derelict and Degraded Land”. Blackwell. British.

Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Membicarakan Alam Tropika Afrika, Asia, Pasifik, dan Dunia Baru. Penerbit ITB. Bandung.

Kimmins, J.P. (1987). Forest Ecology (p. 393). New York: Macmillan Publishing Company; London: Collier Macmillan Publishers

Nurjanto, H.H., Suhardi, & Djulianto, S. (2009). Tanggapan Semai Cemara Udang (Casuarina Equisetifolia Var. Incana) Terhadap Cekaman Salinitas Dan Frekuensi Penyiraman Pada Media Pasir Pantai. Prosiding seminar nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan: Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. Yogyakarta, 24-25 November 2008, pp. 176-183. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Prasetyo, B. H. Dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25 (2). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Suhardi, Sutikno, Nurjanto, H.H., & Widodo, M.A. 2002. Casuarina Equisetifolia Planting For Rehabilitation Of Coastal Sand Dune Area. Proceedings of The 11th International Workshop of Bio-Refor. Seoul, Korea, 8-12 October 2002, pp. 143-150. Seoul: Seoul National University.

Suharta, N. 2010. Karaktersitik dan Perasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen Masam di Kalimantan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Sumardi. 2009. Prinsip silvikultur reforestasi dalam rehabilitasi formasi gumuk pasir di kawasan pantai Kebumen. Prosiding seminar nasional Silvikultur Rehabilitasi Lahan: Pengembangan Strategi untuk Mengendalikan Tingginya Laju Degradasi Hutan. Yogyakarta, 24-25 November 2008, pp.58-65.Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.

Thuy, N., Tanaka, N., & Tanimoto, K. (2012). Tsunami Mitigation By Coastal Vegetation Considering The Effect Of Tree Breaking. Journal of Coastal Conservation, 16(1), 111- 121.

 

Komentar

Postingan Populer