LAPORAN PRAKTIKUM PERBENIHAN DAN SUMBER BENIH

 

Dokumentasi pribadi (Tegakan Eucalyptus urophylla alba pada pertanaman uji progeni Wanagama)

A.    PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang

Sumber benih adalah suatu sumber (bisa berupa tempat, lokasi, pohon, tegakan) dimana benih itu diperoleh. Benih merupakan awal dari regenerasi suatu tegakan. Kualitas sumber benih merupakan  atau menunjukan kualitas dari keadaan tegakan yang akan dihasilkan. Selain itu keadaan kondisi benih juga berpengaruh terhadap keadaan tegakan yang dihasilkan.

Sumber benih pada dasarnya terdiri atas kebun benih, tegakan benih, APB, baru kemudian hutan alam atau tegakan sembarang dan pohon biji sembarang. Asal sumber benih akan bepengaruh pada kualitas tegakan. Syarat pohon yang dapat dijadikan sumber benih antara lain adalah pohon memiliki pohon bebas cabang yang tinggi, pohon yang memiliki biji yang banyak, pohon memiliki batang yang lurus (pohon yang sempurna, biasanya dari tegakan sembarang.

Tegakan sembarang artinya benih tersebut diambil dari tegakan sembarang. Jadi tegakan tersebut tidak direncanakan sebelum sebagai tegakan benih. Karena pohon-pohon penyusun tegakan tersebut menghasilkan biji-biji yang cukup banyak, sehingga biji-biji tersebut dapat diambil dan kemudian terseleksi untuk kemudian dijadikan benih.

Pohon yang memproduksi benih yang cukup banyak, bisa berupa pohon-pohon penyusun tegakan, pohon-pohon individu (misalnya di perkarangan, tepi jalan) dan bisa juga pohon sebagai penyusun hutan baik hutan alam maupun hutan buatan. Umumnya pohon bijiyang ditunjuk tersebut mempunyain kelebihan dibandingkan dengan pohon-pohon lain yang sama spesiesnya, namun kualitasnya lebih baik.

Kualitas yang dimaksud berupa sifat yang nampak (fenotipe), misalnya kelurusan batang, kerampingan, tajuknya, keindahan percabangannya, tidak ada gejala percabangan menggarpu, dll. Apabila benih yang diperoleh dari pohon biji yang berfenotipe baik, maka benih yang dihasilkan oleh pohon biji tersebut mestinya lebih baik bila dibandingkan yang dihasilkan oleh pohon biji sembarang (tanpa melihat fenotipenya). Dari uaraian tersebut maka pada praktikum acara silvikultur acara 13 ini akan akan mengamati dan membahas berbagai jenis biji serta asal-usul (sumber benih), serta mengetahui proses dalam membangun sumber benih.

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui asal-usul (sumber benih) serta mengetahui proses dalam membangun sumber benih. 

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini antara lain: mahasiswa dapat membuat sumber benih yang disesuaikan dengan tujuan pembuatannya.

 

B.     TINJAUAN PUSTAKA

Bahan tanaman atau yang sering disebut dengan bahan pertanaman dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu: 1) Berasal dari bahan generatif dan 2) Berasal dari bahan vegetatif, yang termasuk dalam bahan generatif adalah ; benih, semai, wildling (tukulan  alam) dan stump; sedangkan yang berasal dari bahan vegetatif misalnya stek (batang, pucuk, daun, dan akar), cangkokan, okulasi, dan sambungan (bisa merupakan campuran generatif dan vegetatif) (Suginingsih, 2005).

Sumber benih merupakan suatu sumber (biasa berupa tempat/lokasi/pohon/tegakan), dimana benih tersebut diperoleh (Indriyanto, 2008). Sumber benih dapat berupa :

1.      Hutan alam (natural forest), tegakan sembarang (common stand) dan pohon biji (seed trees).

2.      Areal Produksi Benih/APB (seed production area)

3.      Tegakan benih (seed stands)

4.      Kebun benih (seed orchard), dapat dibagi menjadi dua macam berdasarkan asal bahan tanaman yang ditanam:

a.       Kebun benih yang berasal dari semai/seedlings (seedling seed orchard)

b.      Kebun benih yang berasal dari biakan vegetatif/klon (clonal seed orchard)

Sumber benih yang berasal dari hutan alam adalah umumnya untuk jenis-jenis yang tumbuh asli pada suatu tempat (sebaran alam). Biasanya benih diambil dari pohon-pohon biji Tegakan semabarang artinya benih tersebut diambil dari tegakan sembarang. Jadi tegakan tersebut tidak direncanakan sebelum sebagai tegakan benih. Karena pohon-pohon penyusun tegakan tersebut menghasilkan biji-biji yang cukup banyak, sehingga biji-biji tersebut dapat diambil dan kemudian terseleksi untuk kemudian dijadikan benih. Pohon yang memproduksi benih yang cukup banyak, bisa berupa pohon-pohon penyusun tegakan, pohon-pohon individu (misalnya di perkarangan, tepi jalan) dan bisa juga pohon sebagai penyusun hutan baik hutan alam maupun hutan buatan. Umumnya pohon biji yang ditunjuk tersebut mempunyain kelebihan dibandingkan dengan pohon-pohon lain yang sama spesiesnya, namun kualitasnya lebih baik (Manan, 1976).

Dalam pengembangan program pemuliaan pohon, informasi keragaman genetik dari individu penyusun suatu populasi sangat menentukan keberhasilan program dimaksud. Keunggulan suatu provenansi dari hasil penelitian merupakan informasi awal untuk melanjutkan program pemuliaan pada tahap berikutnya. Oleh karena produk akhir dari program pemuliaan pohon adalah tersedianya benih unggul atau material genetik unggul sebagai bahan tanaman komersial, maka salah satu upaya untuk menghasilkan benih unggul dari suatu populasi hutan adalah dengan mengetahui pola sebaran suatu spesies di populasi alamnya sebagai bahan pembangunan kombinasi uji provenansi dan uji keturunan (Setiadi dkk, 2012).

Provenans yang berarti asal/ sumber (tempat asal benih atau sumber benih alami). Uji provenans adalah suatu pengujian dimana biji suatu species pohon dikumpulkan dari beberapa tegakan yang memiliki tempat asal sumber benih yang berbeda dan tersebar, kemudian ditanam di bawah lokasi dengan kondisi yang sama. Tujuan uji provenans  antara lain mengetahui tren pertumbuhan pohon terhadap iklim & faktor lingkungan setempat, menyeleksi variasi genetik alamiah, dan memilih tipe pohon yg terbaik. Faktor yg mempengaruhi variasi geografik/ provenans antara lainukuran penyebaran suatu spesies, diversitas kondisi tempat tumbuh pd penyebaran alaminya, kontinyuitas penyebaran, dan faktor-faktor lainnya (Wright, 1976).

Uji keturunan (progeny test) adalah cara untuk menduga susunan genetik suatu individu dengan meneliti sifat - sifat keturunarnya. Uji ini biasanya digunakan dalam program seleksi dan pemuliaan dan sangat berguna untuk sifat - sifat yang mempunyai heritabilitas rendah. Oleh sebab itu, uji ini dapat pula dianggap sebagai salali satu cara seleksi famili, bahkan suatu cara seleksi yang paling tepat (Hani’in, 1979).

C.    METODE

C.1. Waktu dan Tempat

        Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 09.00 WIB di Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tali, meteran, hagameter, kompas dan millimeter block.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tanaman uji di Petak 17 Wanagama I Gunungkidul.

C.3. Cara Kerja

1.      Dibuat sebuah petak ukur pada tegakan pertanaman Uji Progeni Eucalyptus urophylla atau Uji Provenans Acacia mangium di Wanagama I Gunungkidul dengan ukuran 20 m x 25 m, diukur diameter (DBH) dan tinggi batang (batang bebas cabang dan batang sampai ujung titik tumbuh apikal).

2.      Dipetakan letak pohon penyusun tegakan pertanaman uji tersebut.

3.      Diamati dan dicatat pohon penyusun tegakan yang telah dan atau sedang berbuah, serta diamati di bagian tajuk dimana letak dari buah.

4.      Ditaksir produksi buah atau benih per pohon.

C.3. Cara Kerja

5.      Dibuat petak ukur pada tegakan cemara udang 20 m x 20 m.

6.      Dihitung jumlah tegakan dan diukur tinggi total, TBBC (Tinggi Batang Bebas Cabang), tinggi tajuk terlebar serta DBH tanaman dan lebar tajuk 4 sisi.

7.      Dibuat proyeksi horizontal dan verikalnya.

8.      Diukur suhu tanah, suhu udara, intensitas cahaya di luar dan di dalam tegakan.

9.      Dicari data lingkungan pendukung (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) selama lima tahun terakhir dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

 

 

    DAFTAR PUSTAKA

Hani’in, Oemi et all. 1979. Pemikiran Penyusunan Program Pemuliaan Pohon   Hutan secara Nasional. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Manan, S. 1976. Silvikultur Diktat Kuliah. Lembaga Kerjasama Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setiadi, D., dan Mudji, S. 2012. Variasi Genetik Pada Kombinasi Uji Provenans dan Uji Keturunan Araucaria cunninghamii di Bondowoao Jawa. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 6 (3) : 157-166.

Wright, J. W.1976. Introduction to Forest Genetics. Academic Press. New York

 

Komentar

Postingan Populer