PRAKTIKUM SILVIKULTUR PEMBIAKAN VEGETATIF DENGAN STEK

 

Dokumentasi pribadi (stek batang)

A.      PENDAHULUAN

I.     Latar Belakang

Peningkatan luas lahan memerlukan ketersedian bibit yang terus menerus. Selain itu, penggunaan satu varietas atau genotipe yang homogen dalam satu luasan yang besar dan berdekatan akan menimbulkan masalah yang besar dan dampak yang luas, seperti serangan hama dan penyakit. Masalah yang dihadapi oleh pemuliaan tanaman terjadi setelah varietas unggul yang baru dirakit melalui pemuliaan atau dari introduksi telah dirilis pemerintah, tidak serta merta dapat diperoleh dengan mudah dan dalam jumlah banyak. Hal ini karena terbatasnya jumlah bibit yang dapat disebar atau didistribusikan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknik perbanyakan vegetatif tepat guna yang secara cepat dapat memenuhi kebutuhan untuk skala luas dan dalam jumlah banyak yang pada akhirnya keunggulan varietas baru dapat cepat dirasakan oleh masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi kendala produksi bibit adalah melalui pembiakan vegetatif konvensional, yaitu dengan cara memperpendek panjang stek dan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk merangsang perakaran stek.

Stek merupakan teknik pembiakan vegatatif dengan cara perlakuan pemotongan pada bagian vegetatif untuk ditumbuhkan menjadi tanaman dewasa secara mandiri dan terlepas dari tanaman induknya. Pada praktikum ini dilakukan pembuatan ketiga stek, yaitu stek pucuk, stek batang dan stek akar. 

II.      Tujuan

Tujuan dari praktikum ini antara lain :

1.      Mengetahui cara pembuatan stek batang, stek pucuk dan stek akar.

2.      Mengetahui pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap pertumbuhan stek

3.  Mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai untuk penumbuhan bibit dengan menggunakan stek.  

 

III.        Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat memanfaatkan bagian tanaman di sekitar rumah untuk membuat pembiakan vegetatif semai dengan cara stek.

B.       TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan vegetatif dengan cara stek merupakan teknik perbanyakan yang mudah, praktis dan sederhana, karena dengan alat yang sederhana dapat diperoleh bibit dengan jumlah yang cukup, tepat waktu dan tidak tergantung dengan musim buah. Untuk perbanyakan bibit secara masal, perbanyakan vegetatif stek secara teknis dinilai lebih mudah, sederhana dan ekonomis (Pramono dan Siregar, 2015).

Pembentukan akar sangat berpengaruh terhadap pembentukan stek. Perakaran pada stek dapat dipercepat dengan perlakuan khusus, yaitu dengan penambahan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) golongan auksin. Sistem perakaran yang baik dan insiasi akar dalam waktu relatif singkat dapat diperoleh dengan penambahan ZPT pada konsentrasi optimum (Suyanti dkk., 2013).

Stek pucuk merupakan salah satu cara alternatif potensial yang bisa dilakukan untuk pengembangan klon. Bahan stek pucuk diambil dari pucuk-pucuk percabangan tanaman berumur sekitar 1,5 tahun. Pengambilan bahan stek dilakukan pada sore hari sehingga penguapan relatif rendah dan telah terjadi fotosintesis. Bagian pucuk dari percabangan tersebut diambil kemudian dipotong dengan panjang stek sekitar 8-12 cm dan setiap bahan stek pucuk menyisakan 2-3 mata tunas. Bagian pangkal dipotong miring dengan gunting stek sehingga memberikan permukaan yang banyak tumbuh untuk bersentuhan dengan media stek. Bahan stek yang telah dipotong dimasukkan dalam ember berisi air untuk menjaga kelembabannya (Sudomo dkk., 2013).

Salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan stek, yaitu zat pengatur tumbuh auksin yang biasa digunakan untuk merangsang perakaran stek batang. Auksin sintetis komersil yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan dan perakaran stek batang ialah asam indol butirat (indole butiricacid/IBA) (Hartmann, dkk., 1997).

Penggunaan stek batang atau cabang lebih praktis dan mempunyai banyak keuntungan dan menjanjikan karena bahan stek tersedia lebih banyak, mudah diperoleh dan murah, tidak merusak rumpun asal, waktu pengambilan lebih cepat, dan pembentukan rumpun lebih mudah (Rao et al., 1992).

 

C.      METODE

C.1. Waktu dan Tempat

                 Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 6 September 2019 pukul 13.00 WIB di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: gunting stek, gergaji, penggaris, cetok dan cangkul.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: aqua gelas bekas, stek batang/cabang dan stek pucuk murbei atau gamal, stek akar Sonokeling (Dalbergia latifolia), media: tanah/kompos (stek batang/cabang/akar), pasir (stek pucuk), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan bawang merah merah.

C.3. Cara Kerja

1.      Disiapkan materi stek dengan ketentuan sebagai berikut.

-          Stek pucuk dengan kondisi tunas dalam keadaan istirahat (dormant bud) sebanyak 15 batang. Dipilih stek yang memiliki minimal dua mata tunas, sehat, tidak cacat, ortotrof dengan panjang 7-10 cm.

-          Stek batang/cabang dengan ukuran panjang sekitar 10-15 cm, diameter sekitar 7-15 mm, sebanyak 15 batang. Pada bagian pangkal dipotong miring sedangkan bagian ujung datar.

-          Stek akar dengan panjang sekitar 10-15 cm, sejumlah 10 akar.

2.      Diambil masing-masing lima batang stek diikat dengan tali rafia/karet gelang kemudian diberi perlakuan sebagai berikut.

-          Dicelupkan bagian pangkalnya dalam larutan ZPT selama 5 menit.

-          Dicelupkan bagian pangkalnya dalam jus bawang merah merah (bawang merah merah : air = 10 bawang merah merah : 1/5 gelas air mineral).

-          Tanpa perlakuan.

3.      Disiapkan media stek (batang dan akar) didalam kantong plastik, kemudian diatur didalam bedengan persemaian yang telah diberi sungkup plastik. Ditanam stek batang dan stek akar tersebut sedalam 1/ bagian stek dengan kemiringan sekitar 45. Disiram media setiap pagi dan sore hari.

4.      Untuk stek pucuk, disiapkan bak perakaran yang telah diberi media pasir setelah >10 cm dan diberi penutup bak dari plastik transparan. Dibasahi media hingga dalam kondisi jenuh. Ditanam stek dalam posisi tegak sedalam 3-5 cm. Disemprot ruang didalam bak perakaran dengan sprayer tangan (handsprayer) pagi dan sore hari untuk menciptakan pengkabutan sehingga kelembabannya terjaga.

5.      Dipetakan letak masing-masing perlakuan, kemudian diberi tabel.

6.      Diamati peubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan warna, kelayuan, kebusukan, serangan jamur dll.

7.      Untuk stek batang dan akar, dihitung jumlah mata tunas pada awal pengamatan (setelah penanaman). Diamati perkembangan tunasnya dan dihitung jumlah tunas yang muncul/tumbuh setiap tiga hari. Pada akhir pengamatan (setelah 4 minggu) diukur panjang dan diameter tunas serta jumlah tunasnya. Diambil gambar untuk pelaporan. Dicabut masing-masing dua batang baik stek batang, akar dan kontrol dan diamati perakarannya (jumlah akar yang muncul dari lingkar pangkal batang dan panjang masing-masing akarnya). Diambil gambar untuk pelaporan.

8.      Untuk stek pucuk, diamati perkembangan tunasnya dan dihitung jumlahnya setiap tiga hari. Diamati perkembangan tunasnya dan dihitung jumlahnya setiap tiga hari. Diamati perkembangan akarnya pada hari ke- 15 dan 30 (akhir pengamatan) dan dihitung jumlah akar dan panjangnya. Diambil gambar untuk pelaporan.

 


DAFTAR PUSTAKA

Hartmann, H.T, D.E. Kester, F.T. Davies & R.L. Geneve. 1997. Plant Propagation (Principles and Practices 6). Prentice Hall. Upper Saddle River. New Jersey.

Pramono Agus Astho dan Nurmawati Siregar. 2015. Pengaruh Naungan, Zat Pengatur Tumbuh Dan Tanaman Induk Terhadap Perakaran Stek Jabon (Antocepalus cadamba). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan. Vol. 3 No. 2. Hal. 71-79.

Rao IVR, Rao IU & Najam F. 1992. Bamboo Propagation Through Conventional And In Vitro Techniques. Rapid Propagation of Fast-Growing Woody Species. Baker FWG: 41-56. CASAFA, Bristol.

Sudomo, Aris dkk., 2013. Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Pada Stek Pucuk Manglid (Manglietia glauca BI). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 10 No.2. Hal. 57-63.

Suyanti dkk,. 2013. Respon Pertumbuhan Stek Pucuk Keji Beling (Strobilanthes crispus BI) Dengan Pemberian IBA (Indole Butyric Acid). Protobiont. Vol. 2 No. 2. Hal. 26-31.

 

Komentar

Postingan Populer