LAPORAN PRAKTIKUM PEMELIHARAAN TEGAKAN (MERENCANAKAN PENJARANGAN)

 

Dokumentasi pribadi (Tegakan Jati Mega Wanagama)

A.    PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang

Dalam memelihara tegakan perlunya tindakan-tindakan silvikultur yang dapat menghasilkan tegakan dengan kualitas yang tinggi  sesuai dengan kepentingan tujuan pengelolaan, terutama pada hutan tanaman. Salah satu teknik silvikultur yang dapat menunjang tegakan untuk memiliki kualitas yang tinggi adalah dengan dilakukan penjarangan hutan.

Penjarangan hutan adalah suatu tindakan silvikultur terhadap tegakan hutan tanaman yang bertujuan untuk memperoleh tegakan tinggal sehat, kualitas kayu yang baik pada akhir daur, sehingga hasil/produksi penjarangan hutan bukan merupakan tujuan utama tetapi merupakan hasil antara dari tindakan silvikultur. Tujuan dari kegiatan penjarangan adalah memelihara pohon-pohon yang terbaik pada suatu tegakan dengan memberi ruang tumbuh yang cukup bagi tegakan tinggal sehingga pada akhir daur akan diperoleh tegakan hutan yang memiliki massa kayu yang besar dan berkualitas tinggi. Untuk menghindari tumbuhnya tunas air dan serangan hama/penyakit, pada tegakan muda dilakukan penjarangan dengan derajat penjarangan lemah dengan frekuensi sesering mungkin. Dari uraian tersebut maka pada praktikum ini akan mempelajari dan membahas cara membuat rencana penjarangan pada tegakan mahoni

 

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari cara membuat rencana penjarangan pada tegakan jati.

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara memlihara suatu tegakan agar petumbuhan pohon optimal

 

B.     TINJAUAN PUSTAKA

Pemeliharaan hutan adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan nilai tegakan atau nilai hutan. Kegiatan dalam pemeliharaan hutan sering disebut dengan istilah perlakuan antara.Dimungkinkan pula dalam kegiatan tersebut dilakukan kegiatan penebangan untuk untuk diperoleh hasil yang bagus tanpa mengurangi kesuburan tanah dan kerusakan tegakan.Perlu diketahui bahwa dalam tegakan hutan bahwa dalam tegakan hutan akan terjadi persaingan akar dan persaingan tajuk selama pertumbuhannya.Untuk itu penjarangan perlu dilakukan agar bisa mengurangi persaingan tersebut (Daniel dan Baker, 1992).

Penjarangan hutan adalah suatu tindakan silvikultur terhadap tegakan hutan tanaman yang bertujuan untuk memperoleh tegakan tinggal sehat, kualitas kayu yang baik pada akhir daur, sehingga hasil/produksi penjarangan hutan bukan merupakan tujuan utama tetapi merupakan hasil antara dari tindakan silvikultur. Tujuan dari kegiatan penjarangan adalah memelihara pohon-pohon yang terbaik pada suatu tegakan dengan memberi ruang tumbuh yang cukup bagi tegakan tinggal sehingga pada akhir daur akan diperoleh tegakan hutan yang memiliki massa kayu yang besar dan berkualitas tinggi. Untuk menghindari tumbuhnya tunas air dan serangan hama/penyakit, pada tegakan muda dilakukan penjarangan dengan derajat penjarangan lemah dengan frekuensi sesering mungkin (Hardiwinoto dkk.,2011).

Pelaksanaan penjarangan dikenal dengan 5 metode penjarangan yang dibedakan berdasarkan atas kedudukan tajuk,kondisi dan letak pohon.Kelima metode tersebut antara lain: 1. Penjarangan Rendah 2. Penjarangan Tajuk 3. Penjarangan seleksi 4. Penjarangan mekanis 5. Penjarangan bebas. Metode penjarangan bebas merupakan kombinasi dari empat metode lainnya.Sedangkan tingkat kekerasan penjarangan dibedakan menjadi tingkat penjarangan keras, tingkat penjarangan sedang, dan tingkat penjarangan rendah (Arifin, 2001).

Respon pertumbuhan tegakan sangat berkaitan dengan kondisi tempat tumbuh, keadaan awal tegakan, dan jenis tanaman, maka teknik penjarangan (waktu penjarangan dan intensitas penjarangan) harus dibuat spesifik jenis dan kondisi tempat tumbuh. Perlakuan penjarangan yang terlambat atau terlalu keras akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas kayu yang dihasilkan (Aswandi dan Ali, 2005).

Penjarangan dilakukan untuk berbagai alasan, yakni a) untuk mengurangi jumlah pohon dalam suatu tegakan sehingga memacu pertumbuhan riap diameter untuk mencapai ukuran pemanfaatan sesegera mungkin; b) meningkatkan kesehatan tegakan dengan menyisakan tegakan yang sehat, serta mengurangi kompetisi antar pohon; c) mengeluarkan pohon-pohon yang memiliki bentuk dan performa yang jelek, sehingga semua riap masa depan terkonsentrasi hanya pada pohon-pohon terbaik; dan d) menyediakan pengembalian finansial antara, dari hasil penjarangan (Buongiorno and Michie, 1980).

C.    METODE

C.1. Waktu dan Tempat

                 Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober 2019 pukul 07.00 WIB di Hutan Pendidikan Wanagama I Gunungkidul.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tali/meteran, hagameter, pita meter/diameter tape, kompas, millimeter block, tabel tegakan normal Mahoni, kapur atau tali rafia.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: tegakan mahoni di petak 5.

C.3. Cara Kerja

1.      Dibuat petak ukur (cukup satu PU), dengan ukuran luas 0,1 ha (bentuk lingkaran dengan jari-jari 17,8 m) pada tegakan Jati. Pohon pusat/tengah dipilih yang paling baik.

2.      Dihitung jumlah pohon penyusun tegakan (arah menghitung: dari pohon pusat ke barat daya kemudian dihitung/dinomori sesuai arah jarum jam). Kemudian dipetakan dalam gambar (seperempat bagian saja yang digambar dalam peta).

3.      Diukur 10 pohon tertinggi yang tersebar merata (diameter (DBH) dan tingginya).

4.      Dicatat umur tegakan kemudian dicari bonitanya.

5.      Dilihat dalam tabel berapa jumlah pohon normalnya, sehingga dapat dihitung berapa pohon yang harus dijarangi dan berapa pohon yang harus ditinggalkan.

6.      Ditolet pohon mana yang harus ditebang.

 

 

    DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Arief. 2001. Pemeliharaan Tegakan Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aswandi dan Cica Ali. 2005. Model Pertumbuhan dan Hasil Hutan Tanaman Gmelina arborea Menggunakan Petak Ukur Temporer di Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,  2 (4) : 349-360.

Buongiorno, J. and B. Michie. 1980. A Matrix Model of Uneven-Aged Forest Management. Forest Science, 26 (4) : 609-625.

Daniel, John dan Baker F.S., 1992. Prinsip-prinsip Silvikultur.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardiwinoto,Suryo., Sukirno, Adrian dkk. 2011. Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

A.    DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Arief. 2001. Pemeliharaan Tegakan Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Aswandi dan Cica Ali. 2005. Model Pertumbuhan dan Hasil Hutan Tanaman Gmelina arborea Menggunakan Petak Ukur Temporer di Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam,  2 (4) : 349-360.

Buongiorno, J. and B. Michie. 1980. A Matrix Model of Uneven-Aged Forest Management. Forest Science, 26 (4) : 609-625.

Daniel, John dan Baker F.S., 1992. Prinsip-prinsip Silvikultur.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hardiwinoto,Suryo., Sukirno, Adrian dkk. 2011. Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Komentar

Postingan Populer