LAPORAN PRAKTIKUM PERMUDAAN HUTAN SECARA ALAM

 

Dokumentasi pribadi (permudaan alam di TNGM)

A.      PENDAHULUAN

I.               Latar Belakang

Hutan tropika primer dikenal dengan keanekaragaman jenis yang tinggi dan proses ekologi berjalan dengan seimbang dan dinamis. Keberadaan anakan pohon memegang peranan penting dalam proses regenerasi alami saat hilangnya pohon besar karena tumbang atau mati. Penelitian permudaan alami dapat membantu mengungkap pola dan proses ekologi serta suksesi hutan.

Penebangan merupakan tindakan untuk melakukan proses peremajaan hutan dengan memungut atau menebang pohon-pohon pada diameter tertentu atau yang telah masak tebang. Penebangan akan membuka ruang yang dapat memberikan kesempatan memacu pertumbuhan anakan alam terutama jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya, sehingga akan memperkaya komposisi dan keanekaragaman jenis. Salah satu indikator pemulihan hutan secara lestari adalah terciptanya regenerasi permudaan alam yang dicirikan pertumbuhan permudaan alam dan ketahanan keanekaragaman jenisnya. Kegiatan penebangan dapat mempengaruhi regenerasi alam terutama pada tingkat semai dan pancang.

Permudaan hutan merupakan usaha memperbarui tegakan hutan dengan menanam pohon yang baru. Metode permudaan, spesies yang digunakan, dan kepadatan tegakan pohon dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan. Permudaaan alam adalah suatu proses peremajaan kembali dari suatu tegakan hutan yang terjadi secara alami. Dalam pengelolaan hutan tropika basah di luar Pulau Jawa sampai saat ini, sistem silvikultur yang dipakai adalah sistem tebang pilih dengan permudaan alam. 

II.  Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari berbagai faktor yang berpengaruh pada keberhasilan permudaan alam (jenis tumbuhan hutan) di Taman Nasional Gunung Merapi.

 

III.         Manfaat

Manfaat dari praktikum ini antara lain mahasiswa dapat mempelajari berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan permudaan hutan secara alami.

B.            TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu indikator pemulihan hutan secara lestari adalah terciptanya regenerasi permudaan alam yang dicirikan pertumbuhan permudaan alam dan ketahanan keanekaragaman jenisnya. Penebangan pohon yang terkendali atau sesuai aturan sistem tebang pilih yang berlaku dapat membuka lahan yang merangsang pertumbuhan permudaan alam sehingga terjadi regenerasi secara alami. Terutama permudaan alam tingkat semai dan pancang akan merespon cahaya dengan meningkatkan pertumbuhannya (Mawazin dan Subiakto, 2013).

Salah satu solusi alternatif pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan potensi permudaan alam tingkat semai yang tumbuh di bawah pohon induk alami (seed stand). Semakin besar diameter batang dan semakin luas tajuk pohon induk maka potensi permudaan-permudaan alam yang dihasilkan akan semakin tinggi pula (Sumarna, 2008). Permudaan secara alami (baik dengan anakan maupun trubusan), umumnya lebih dipilih petani karena biaya yang dikeluarkan tidak banyak.

Pengelolaan hutan lestari terjadi apabila proses regenerasi tegakan berjalan dengan baik melalui permudaan alam maupun buatan. Permudaan hutan mutlak dilakukan terhadap setiap kawasan hutan agar dapat berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan (Indriyanto. 2008). Permudaan alam dipengaruhi oleh trilogi permudaan alam, yaitu seed supply, seed bed dan environment Pengelolaan permudaan alam masih perlu adanya campur tangan manusia, hasilnya mempengaruhi sistem regenerasi. Kapasitas regenerasi ini bisa menjadi acuan pengelola untuk meningkatkan kelestarian pengelolaan hutan (Baker, dkk. 1979).

Salah satu indikator pemulihan hutan secara lestari adalah terciptanya regenerasi permudaan alam yang dicirikan pertumbuhan permudaan alam dan ketahanan keanekaragaman jenisnya. Kegiatan penebangan dapat mempengaruhi regenerasi alam terutama pada tingkat semai dan pancang. Kondisi permudaan setelah satu tahun pasca panen kemungkinan telah stabil pertumbuhannya sehingga informasi komposisi, sebaran, kerapatan, dan keanekaragaman jenisnya dapat bermanfaat untuk pertimbangan perencanaan pengelolaan hutan bekas tebangan selanjutnya (Ewel & Conde. 1980).

 

C.      METODE

C.1. Waktu dan Tempat

                 Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 14 September 2019 pukul 07.00 WIB di Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta.

C.2. Alat dan Bahan

Ø  Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: millimeter block, tali tampar, meteran, hagameter dan kompas.

Ø  Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: permudaan alam (jenis tumbuhan hutan) di Taman Nasional Gunung Merapi.

C.3. Cara Kerja

1.      Diamati permudaan alam (jenis tumbuhan hutan) di Taman Nasional Gunung Merapi dengan cara membuat petak ukur ganda dengan ukuran PU 2 m x 2 m untuk seedling, 5 m x 5 m untuk sapling, 10 m x 10 m untuk poles, 20 m x 20 m untuk trees (PU 2 m x 2 m berada didalam PU 5 m x 5 m, PU 5 m x 5 m berada didalam PU 10 m x 10 m, PU 10 m x 10 m berada didalam PU 20 m x 20 m).

2.      Diidentifikasi jenis anakan dan dihitung jumlah anakan (tumbuhan hutan) yang ada dalam plot.

3.      Diukur diameter sapling, poles dan trees. Diperhatikan apakah ada pohon induk masing-masing jenis anakan.

4.      Dicatat jenis-jenis tumbuhan yang ada didalam plot serta yang ada di sekitar lokasi plot, diamati pula kerapatan tumbuhan bawah, ketebalan seresah dan tingkat naungan karena saat awal pertumbuhan beberapa jenis tumbuhan butuh naungan.

5.      Digambar letak poles pada petak ukur yang diamati.

 

DAFTAR PUSTAKA

Baker, F. S., T. W. Daniel, dan J. A. Helms. 1979. Principles of Silviculture. New York: McGraw-Hill Inc. Book Co.

Ewel, J. & Conde, L. (1980). Potencial Ecological Impact Of Increased Intensity Of Tropical Utilization. BIOTROP Special Publ., 11, 70.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta. Bumi Aksara.

Jariyah, Nur Ainun dan Nining Wahyuningrum. 2008. Karakteristik Hutan Rakyat Di Jawa. Jurnal Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan. Vol. 5 No. 1. Hal. 43-56.

Mawazin dan Atok Subiakto. 2013. Keanekaragaman Dan Komposisi Jenis Permudaan Alam Hutan Rawa Gambut Bekas Tebangan Di Riau. Forest Rehabilitation Journal. Vol. 1 No. 1.

Sumarna, Yana. 2008. Pengaruh Diameter Dan Luas Tajuk Pohon Induk Terhadap Potensi Permudaan Alam Tingkat Semai Tumbuhan Penghasil Gaharu Jenis Karas (Aquilaria malaccensis Lamk). Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam. Vol. 5 No. 1.

 

Komentar

Postingan Populer