LAPORAN PRAKTIKUM KESESUAIAN JENIS TANAMAN DENGAN TAPAK
Dokumentasi pribadi (pohon di TNGM) |
A. PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kesesuaian jenis merupakan gambaran tingkat kecocokan suatu jenis tanaman pada kondisi tapak tertentu. Setiap jenis tanaman hutan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda yang berkaitan dengan tapak, ditinjau dari aspek dendrologis dan ekologisnya. Kondisi tapak yang dimaksud adalah tanah, vegetasi, dan iklim mikro sekitarnya. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu areal dapat berbeda tergantung daripada tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Berbeda dengan evaluasi kesesuaian lahan, evaluasi kemampuan pada umumnya ditujukan untuk penggunaan yang lebih luas seperti penggunaan untuk pertanian, perkotaan, dan sebagainya. Penilaian kesesuian lahan pada dasarnya dapat berupa pemilihan lahan yang sesuai untuk tanaman tertentu Setiap tanaman pada dasarnya membutuhkan persyaratan tempat tumbuh yang berbeda agar dapat tumbuh dan bereproduksi secara optimal. Untuk itu, data dan informasi yang lengkap mengenai iklim, tanah, dan sifat lingkungan fisik lainnya sangat diperlukan.
II. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu antara lain melatih mahasiswa agar mengetahui dan memahami kesesuaian jenis tanaman dengan tapak sebagai salah satu penentuan pemilihan jenis untuk kegiatan penanaman.
III. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini antara lain mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kriteria lahan/tapak yang sesuai dengan jenis tanaman tertentu.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Kelas kesesuaian lahan dibedakan atas kesesuaian lahan actual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual atau kesesuaian lahan pada saat ini (current sutability) adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada, belum mempertimbangkan asumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor-faktor pembatas yang ada pada satuan peta. Kesesuaian lahan potensial menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah melakukan usaha-usaha perbaikan. Kesesuaian lahan potensial inilah yang merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat manajemen atau pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga produktivitas dari suatu lahan serta hasil produksi persatuan luas (Darsiman, 2008).
Evaluasi kesesuaian lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tata guna tanah. Inti evaluasi kesesuian lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk jenis penggunaan lahan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001), sedangkan menurut Anifliddin et al (2006), evaluasi lahan adalah proses dalam menduga potensi lahan untuk penggunaan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976 dalam Djaenudin et al., 2000) dapat dipakai untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Klasifikasi lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kuantitatif (dengan angka-angka) dan biasanya dilakukan juga perhitungan-perhitungan ekonomi (biaya dan pendapatan), dengan memperhatikan aspek pengolahan dan produktifitas lahan (Hardjowigeno, 2003). Kesesuaian lahan kualitatif adalah kesesuaian lahan yang ditentukan berdasar atas penilaian karakteristik (kualitas) lahan secara kualitatif (tidak 5 dengan angka-angka) dan tidak ada perhitungan-perhitungan ekonomi. Biasanya dengan cara memadankan (membandingkan) kriteria masing-masing kelas kesesuaian lahan dengan karakteristik (kualitas) lahan yang dimilikinya. Kelas kesesuaian lahan ditentukan oleh faktor fisik (karakteristik/kualitas lahan) yang merupakan faktor penghambat terberat (Hardjowigeno, 2003).
Potensi suatu wilayah pada dasarnya ditentukan oleh sifat lingkungan fisik yang mencakup iklim, tanah, topografi/bentuk wilayah hidrologi dan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut 5 potensial untuk dikembangkan bagi tujuan tertentu. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan (Tjokrokusumo. 2002).
Menurut Sys et al. (1991) terdapat empat kelas kesesuaian lahan sebagai berikut:
a. Kelas S1 (Sangat Sesuai) Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan menurunkan produktivitas lahan secara nyata.
b. Kelas S2 (Cukup Sesuai) Lahan pada kelas S2 ini mempunyai faktor pembatas dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input) yang tidak terlalu besar sehingga faktor pembatas tersebut biasanya dapat diatasi sendiri oleh petani.
c. Kelas S3 (Sesuai Marginal). Lahan pada kelas S3 ini mempunyai faktor pembatas yang berat dan faktor pembatas ini akan berpengaruh terhadap produktivitasnya. Memerlukan tambahan masukan (input) yang lebih banyak dari lahan yang tergolong kelas S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada lahan kelas S3 ini memerlukan modal tinggi sehingga perlu ada bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta. Tanpa bantuan tersebut petani tidak dapat mengatasinya sendiri.
Kelas N (Tidak Sesuai). Lahan pada kelas ini tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena memiliki faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sangat sulit diatasi. Membiarkan lahan dalam kondisi alaminya merupakan cara terbaik mengatasi kemungkinan terjadinya degradasi lahan pada kelas N ini.
C. METODE
C.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 14 September 2019 pukul 08.00 WIB di Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta.
C.2. Alat dan Bahan
Ø Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain: hagameter, diameter tape, thermometer, kompas, meteran, pH meter, GPS (Global Positioning System), dan cangkul.
Ø Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini antara lain: vegetasi di Taman Nasional Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta
C.3. Cara Kerja
1. Dibuat petak ukur 20 m x 20 m.
2. Diidentifikasi jenis serta diukur tinggi dan diameter jenis yang ada di dalam petak ukur.
3. Diisi komponen-komponen penilaian kesesuaian jenis dengan lahan pada form yang tersedia.
4. Dicari data lingkungan pendukung (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) selama lima tahun terakhir dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
DAFTAR PUSTAKA
Darsiman B, dewi Silvia Dora.2008. Evaluasi Kesesuaian dan Kemampuan Lahan, Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagyo, H., Mulyani, A., dan Suharta, N. 2000. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Hardjowigeno. . 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Tjokrokusumo, S.W. 2002. Kelas Kesesuaian Lahan Sebagai Dasar Pengembangan Pertanian Ramah Lingkungan Di Daerah Aliran Sungai. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 136-143
Sys C., Van Ranst, and J. Debaveje., 1991. Land Evaluation. Part II. Method’s in Land Evaluation. Agricultural Publication
Komentar
Posting Komentar