LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR PENGUJIAN VIABILITAS DAN KONDISI BENIH


Dokumentasi pribadi

A.    Pendahuluan

I.                   Latar Belakang

Benih merupakan biji yang digunakan sebagai sumber perbanyakan tanaman atau berkaitan dengan perbanyakan tanaman. Dalam bidang kehutanan, benih berperan dalam berbagai program penanaman, seperti rehabilitasi lahan dan hutan, pembangunan hutan tanaman dan hutan rakyat. Kualitas benih menjadi cerminan dari teknik produksi benih dan penanganan benih (mutu fisik dan fisiologi benih) serta asal benih/sumber benih (mutu genetik) berperan penting untuk menyediakan bahan perbanyakan tanaman yang memiliki kemampuan tumbuh dengan baik pada tingkat produktivitas yang tinggi.

Saat ini kebanyakan benih memiliki daya viabilitas serta vigor benih yang tidak sesuai dengan harapan atau dapat dikatakan memiliki kualitas rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya pengujian viabilitas dan kondisi benih. Pengujian viabilitas dan kondisi benih dapat membantu mengetahui kecambah mana yang berkualitas baik sesuai dengan kriteria kecambah normal serta mampu berkecambah dan tumbuh dengan optimal.

II.                Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1.         Mengetahui dan menentukan viabilitas (kemampuan berkecambah) benih

2.         Mengetahui dan menentukan kondisi benih

 

III.             Manfaat

Manfaat dari praktikum ini antara lain: mahasiswa dapat menaksir jumlah benih yang dibutuhkan dalam suatu persemaian berdasarkan informasi viabilitasnya.

 

B.     Tinjauan Pustaka

Benih mempunyai pengertian yaitu suatu biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis (Kartasapoetra. 2003). Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan dalam fenomena pertumbuhannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis viabilitas (Utami, 2013).

Viabilitas benih mencakup vigor dan daya kecambah benih. Viabilitas adalah daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala metabolisme. Viabilitas benih dipakai untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan sub optimal (Sadjad. 1994)

Benih yang memiliki viabilitas tinggi mengindikasikan bahwa benih tersebut mempunyai cukup cadangan makanan di dalam endosperm yang digunakan sebagai sumber energi oleh benih ketika proses perkecambahan berlangsung. Faktor lain yang turut mendukung proses perkecambahan benih sehingga mampu mencapai viabilitas yang tinggi selama benih berada dalam peredaran di pasaran adalah kemasan benih. Dalam usaha perbenihan, pengemasan diartikan sebagai usaha atau perlakuan yang bertujuan untuk melindungi fisik benih agar daya tumbuh atau daya berkecambahnya tetap tahan tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap kualitasnya (Lesilolo dkk., 2013).

Pada benih rekalsitran, viabilitas benih hanya dapat dipertahankan beberapa minggu atau beberapa bulan saja meskipun dalam kondisi optimum. Pengiriman benih untuk jarak yang jauh memerlukan pengemasan dan cara penyimpanan benih. Penyimpanan benih yang baik akan mempertahankan daya tumbuh maupun viabilitas benih tetap tinggi sampai saatnya tiba untuk ditanam (Pratiwi dkk., 2012).

 

C.    Metode

                   I.            Waktu dan tempat:

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 30 Agustus 2019 di Laboratorium Silvikultur Intensif Klebengan.

                II.            Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini diantaranya :

a.       Pisau tajam

b.      Lup

c.       Kertas saring

d.      Oven

e.       Timbangan

 

             III.            Cara Kerja

Ø  Pengujian Viabilitas Benih

1.      Uji langsung/uji kecambah

-          Disiapkan 10 butir benih diulang tiga kali (total 30 butir) kemudian dilakukan skarifikasi dengan cara direndam dengan air panas selama lima menit, kemudian ditiriskan dan direndam dalam air dingin selama semalam  12 jam.

-          Setelah itu dikecambahkan ke dalam bak kecambah menggunakan media kertas saring yang telah dibasahi kemudian dimasukkan kedalam germinator.

-          Diamati proses perkecambahan, dihitung yang berkecambah kemudian dihitung daya kecambah (viabilitas benih).

Viabilitas benih (%) =  x 100%

2.      Uji tak langsung/uji belah/uji tetrazolium

-          Disiapkan enam butir benih diulang tiga kali (total 18 butir), kemudian direndam dalam air hingga kulitnya menjadi lunak.

-          Setelah kulit menjadi lunak, dibelah 9 butir benih tersebut, diamati keadaan embrio, cadangan makanan (endosperm) dan bagian lainnya.

-          Biji yang baik ditunjukkan dengan kondisi embrio dan cadangan makanan yang berwarna putih kekuningan.

-          Dihitung benih yang baik dan yang jelek, kemudian dihitung viabilitas dengan cara:

Viabilitas benih (%) =  x 100%

-          Kemudian 9 butir sisanya dibelah dan direndam ke dalam larutan Tetrazolium yang telah disiapkan yaitu 2,3,5 Triphenyl Tetrazolium Chloride + Aquades dengan perbandingan 1:100.

-          Setelah lebih dari empat jam diamati perubahan warna benih yang terjadi yaitu berwarna merah terang untuk benih yang masih baik.

-          Dihitung viabilitas benih dengan cara :

Viabilitas benih (%) =  x 100%

-          Dibandingkan ketiga macam cara uji tersebut.

Ø  Pengujian Kondisi Benih

1.      Menghitung kebersihan benih

-          Diambil sampel benih tanpa diseleksi, misalnya 5 gram diulang 3 kali.

-          Dipisahkan benih dengan kotorannya (sayap, sisa-sisa kulit, kerikil, dll).

-          Setelah bersih ditimbang untuk mengetahui % kebersihan benih.

-          Dihitung % kebersihan benih dengan cara:

% kebersihan =  x 100%

2.      Menghitung kemurnian benih

-          Benih yang telah bersih dipisahkan dari benih spesies lain.

-          Setelah murni ditimbang untuk mengetahui kemurnian benih.

-          Dihitung % kemurnian benih dengan cara:

% kemurnian =  x 100%

 

 

 

3.      Menghitung jumlah benih berdasar berat

-          Dari benih yang sudah murni tersebut dihitung jumlah benih berdasar berat, misalnya dalam 1 gram terdapat 20 butir benih berarti dalam 1 kg benih terdapat 20.000 benih.

4.      Menghitung kadar air benih

-          Dari benih yang telah murni tersebut (sebagai berat basah) dikeringkan di dalam oven bersuhu 70 sampai mendapatkan berat kering konstan dengan cara setiap hari ditimbang samapai 3 kali pengamatan berturut-turut berat sudah tetap (konstan).

-          Dihitung kadar air benih (kab) dengan cara:

Kab  =  x 100%

-          Perhitungan bisa juga berdasar berat kering dengan rumus sebagai berikut.

Kab  =  x 100%

 

 

 

Daftar Pustaka 

Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih – Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Lesilo, M. K. dkk,. 2013. Pengujian Viabilitas Dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman Yang Beredar Di Pasaran Kota Ambon. Agrologia. Vol. 2 No. 1. Hal. 1-9.

Pratiwi, Ria Dwi dkk,. 2012. Pengaruh Jenis Dan Kadar Air Media Simpan Terhadap Viabilitas Benih Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.). Vegetalika Vol. 1 No. 2. Hal. 86-91.

Sadjad, S. 1994. Metode Uji Langsung Viabilitas Benih. IPB. Bogor.

Utami, Sri. 2013. Uji Viabilitas Dan Vigoritas Benih Padi Lokal Ramos Adaptif Deli Serdang Dengan Berbagai Tingkat Dosis Irradiasi Sinar Gamma Di Persemaian. Agrium. Vol. 18 No. 2.

 

Komentar

Postingan Populer